Islam
merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan.
Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar (‘Allamahu al-Bayan)
bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita tidak akan
menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk
belajar.
Ayat
pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat itu
Allah memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan
kita dengan qalam – yang sering kita artikan dengan pena.
Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam
dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang,
komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan
sebagai penafsiran kata qalam.
Dalam surat
Al-‘Alaq, Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Setelah
itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi
berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita
ambil dari firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut digunakan kata qalam
yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan meneliti yang
nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.
Dalam
ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu
pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat
Allah Swt adalah Dia memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair
besar Islam mengungkapkan bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu.
Saat ini kekuatan tidak bertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi
kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah
Swt adalah mereka yang berilmu.
Dalam
sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu
sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian
dan penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad
Saw. Maka bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam
memegang peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu
pengetahuan waktu itu didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para
ilmuwan Islam pada zaman itu yang berawal dari kota
Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah zaman yang
kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam
mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-negara di Eropa belum
ada yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak
membangun pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untuk
mengembalikan masa kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga
keilmuan yang ada di negara-negara Islam.
Dalam
Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya
karena dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan
karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapat kita ambil kesimpulan
bawa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman. Tidak bisa
dipisahkan antara keduanya. Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan iman
akan menghasilkan peradaban yang baik yang disebut dengan Al-Madinah al-Fadhilah.
Dalam
menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal gender.
Pria dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga
setiap orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang
diberikan oleh Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan
sampai kepada kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama
menganggap bahwa menuntut ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah
tidak terbatas kepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan
menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena dengan
ilmulah kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya dengan benar.
Imam Ja’far As-Shadiq pernah berkata: “Aku sangat senang dan sangat
ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat
belajar agama, dan supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap
mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk menuntut ilmu agama”.
Ajaran
agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal
gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti
bemanfaat. Kalau kita dapati ilmu yang tidak bermanfaat, hal itu karena
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri
pasti sesuatu yang bermanfaat.
Sumber :
Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Keberadapan Islam
Prof. Dr. Ayatullah Sayyid Hasan Sadat Mustafawi(Rektor Islamic University of Teheran-Iran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar